Wednesday, September 26, 2018


 
Menanti sunrise di Old Bagan
          Kala itu, hari pernikahan saya dan lelaki pilihan saya akan berlangsung lima bulan lagi. Berbagai persiapan pun sudah mulai kami lakukan. Tetapi, akhirnya saya mulai jenuh dengan segala urusan pernikahan yang selama ini dianggap gampang.

          Saya pun teringat sebuah tiket promo ke negara Myanmar yang dibeli setahun sebelum keberangkatan. Seharusnya saya berangkat bersama seorang teman, namun ia membatalkan rencana karena suatu alasan penting. Di tengah kegalauan dengan urusan pernikahan, saya memutuskan untuk solo traveling ke Myanmar.

          Beberapa hari sebelum berangkat, orang tua mengkhawatirkan kepergian saya ke Myanmar di tengah isu agama yang ketika itu tengah beredar. Terlebih calon suami juga mengkhawatirkan keselamatan saya. Namun, saya tetap berangkat dengan satu impian untuk bisa melihat cantiknya balon udara yang terbang tinggi di atas ribuan pagoda. Saya terobsesi dengan Old Bagan usai membaca sebuah inflight magazine maskapai negara tetangga.  

          Rupanya perjalanan solo traveling  saya tak semulus rencana. Saya tiba di Old Bagan jam tiga dini hari tatkala semua orang masih terjaga dalam hangatnya selimut. Bis yang saya tumpangi turun di desa terakhir sebelum memasuki Old Bagan. Gelap dan sepi, saya mulai ketakutan  dan tak tau harus berbuat apa.

Akhirnya saya duduk di depan sebuah hostel yang masih tertutup rapat dan mencoba hitch hiking. Tak ada satupun kendaraan besar, hanya ada sebuah motor yang dikendarai pemuda melintas di depan saya. Pemuda itu bersedia menolong saya untuk mengantarkan ke sebuah pagoda yang kerap menjadi pusat para traveler berburu sunrise.

          Satu ketakutan telah dilewati, saya pun sampai di pagoda yang dituju. Namun, ternyata ketika sampai di sana hanya ada saya. Iya hanya saya seorang! Pelan-pelan saya menaiki tangga demi tangga untuk naik ke puncak pagoda yang lumayan tinggi. Pagi itu cuaca sangat dingin hingga menusuk tulang. Kabut masih begitu pekat menyelimuti seluruh Old Bagan. Begitu sampai saya terduduk lemas di pojok puncak pagoda, rasanya hanya ingin nangis dan pulang. Saya begitu merindukan orang-orang yang saya sayangi serta hangatnya selimut dan kasur empuk di rumah. Meski saya tahu hal itu tak mungkin saya lakukan karena perjalanan ini sudah terlampau jauh.

          Beberapa jam kemudian, semburat merah matahari terbit mulai muncul. Satu persatu pengunjung datang dan memenuhi puncak pagoda. Semuanya sigap dengan kamera digital maupun handphone masing-masing untuk menangkap momen matahari terbit.

Balon udara mulai terbang satu persatu. Ribuan pagoda mulai terlihat dari puncak pagoda. Berbalut awan yang sedikit mendung dan debu tanah yang berterbangan, semuanya tampak luar biasa indah dalam satu frame. Saya terharu melihatnya, seperti mimpi yang jadi nyata karena baru kali ini saya melihat balon udara secara langsung. Cekrek . . . cekrek . . . Saya tak ketinggalan untuk mengabadikan momen matahari terbit di negara yang berjulukan Negeri Tanah Emas.
 
Sunrise Old Bagan
Balon udara mulai berterbangan

Indah ya pemandangan Old Bagan

Lihat balon udara, salah satu alasan saya rindu Old Bagan

Karena saat sunrise ramai, baru bisa selfie saat siang hari

Pemandangan Old Bagan saat siang hari

          Arghhh rasanya saya ingin menitikkan air mata mengenang perjalanan indah itu, tepatnya Maret 2017 lalu. Bahkan saat itu saya sempat menyediri di pagoda hingga matahari mulai meninggi. “Andai saja ada dia di sini”, ucap saya lirih.

Saya bertekad suatu saat akan kembali ke Old Bagan bersama suami. Bukan hanya untuk menikmati pemandangan balon udara yang berterbangan saat matahari terbit. Tetapi saya juga ingin menikmati segelas wine saat menaiki balon udara yang terbang tinggi.

          Sampai saat ini saya sering senyum-senyum sendiri memandangi foto traveling di Old Bagan. Foto yang diambil dari kamera handphone biasa saja bisa seindah wallpaper Windows. Rencananya saya akan kembali mengunjungi Old Bagan bersama suami. Namun, saya ingin sekali membawa handphone dengan kualitas kamera yang sangat bagus agar dapat mengabadikan Old Bagan lebih indah dari sebelumnya. Selain itu agar feeds Instagram saya juga terlihat ciamik.

Tiba-tiba saya teringat teman traveling  yang juga menggunakan handphone Huawei Nova dan foto-foto di Instagram-nya sangat cantik. Fix, envy  banget lihat hasil foto teman yang menggunakan Huawei Nova. Rasanya Huawei Nova 3i ini layak dijadikan smarphone idaman saya di tahun 2018 dan sangat cocok menjadi teman traveling. Alasannya, karena saya sering kali memakai pesawat low cost carrier yang jatah bagasinya hanya tujuh kilogram jadi sangat tidak praktis membawa kamera DSLR yang berat. Tak hanya itu, kegemaran saya menangkap gambar saat traveling membuat saya sangat membutuhkan smartphone yang memiliki kualitas kamera yang sudah dibekali teknologi AI dan memory yang besar agar bisa menyimpan ratusan foto dan video. Selain itu juga harus memiliki performa yang tangguh dan desain yang elegan biar nggak malu-maluin. Semua kriteria itu ternyata dimiliki oleh HuaweiNova 3i lho.

Mengapa pilih Huawei Nova 3i?
 
Huawei Nova 3i
Dibekali Quad AI (Artificial Intelligence) Camera

Huawei Nova 3i ini dibekali dengan empat kamera yang berteknologi Quad AI Camera. Yang paling saya suka kamera belakang terdapat sensor 16MP + 2MP sehingga memiliki kejernihan tinggi dan efek bokeh. Jadi mau traveling ke pantai,  gunung, dan tempat bersalju hasil foto akan tetap alami dan menarik. Selain itu, kamera belakang juga bisa menghasilkan video super slow motion  480fps.  Cocok banget kan buat merekam momen sunrise ataupun sunset saat saya berkunjung kembali ke Old Bagan.

Sedangkan kamera depan memiliki sensor 24MP + 2MP dengan hasil yang detail serta efek bokeh, pas banget buat yang suka solo traveling seperti saya. Meski sendirian hasil foto-foto traveling akan tetap cantik untuk mejeng di Instagram. Dengan adanya resolusi kamera depan dan belakang yang sangat unggul membuat saya berpikir ulang untuk membawa DSLR saat traveling, karena dengan Huawei Nova 3i saja semua kebutuhan foto dan video sudah terpenuhi.
 
Huawei Nova 3i dibekali Quad AI Camera
Memiliki Premium Design

Meski harganya terjangkau tapi soal tampilan Huawei Nova 3i ini memiliki design premium yang sangat elegan dan terkesan mewah. Ada dua model warna yakni Black dan Iris Purple. Kedua modelnya memiliki corak warna yang indah di kaca belakang dan bingkai metal yang terletak di tengah. Pada Huawei Nova 3i warna Iris Purple terlihat gradasi warna biru dan ungu. Kelihatan trendi dan fashionable banget kan? Oh iya, dengan dibekali layar display 6,3 inch FHD+ (2340 x 1080) membuat Huawei Nova 3i ini bisa menampilkan gambar yang lebih besar dan lebih tajam lho. Sepertinya Huawei Nova 3i memang ingin memberikan pandangan luas agar penggunanya tetap nyaman saat browsing, streaming, dan main game.
 
Design dan warnanya trendi banget ya
 
Performa Cepat dan Handal

Huawei Nova 3i didukung dengan teknologi GBU Turbo sehingga memiliki respon yang cepat. Adanya chipset Kirin 710 berteknologi 12 nm, Huawei Nova 3i dapat memberikan hasil responsive yang halus, fitur foto AI dan pengalaman gaming yang imersif. Apalagi Huawei Nova 3i memiliki RAM sebesar 4GB yang pastinya anti lemot. Bagi saya ini cocok buat nge-game saat perjalanan agar tidak bosan. Kalau buat gaming saja memiliki powerfull performance, pasti untuk kebutuhan lain juga dijamin lancar jaya dan wuuussss . . .
 
Powerfull performance
Terdapat 128GB Storage

Huawei Nova 3i ini memiliki memory internal 128GB lho. Gila kan? Dengan ruang penyimpanan yang sangat besar tentunya bisa menyimpan foto dan video traveling yang biasanya berjumlah ratusan. Dijamin tak akan khawatir lagi menginstal banyak game maupun aplikasi lain. Meski memory internalnya sangat besar tapi Huawei Nova 3i merupakan smartphone termurah di kelasnya dengan storage 128GB. Nih saya bisikin harga Huawei Nova 3i Rp 4.199.000,-.

Kesimpulannya, buat saya pribadi Huawei Nova 3i sangat direkomendasikan untuk traveler  dengan segala keunggulannya yang telah saya sebutkan di atas. Saya pun berharap sekali di tahun 2018 ini bisa memiliki Huawei Nova 3i agar dapat mengabadikan momen-momen indah saat kembali ke Old Bagan maupun traveling ke belahan bumi yang lain.



4 komentar:

  1. Pemandangan difoto aja nampak indah begitu, apalagi aslinya. Suka lihat foto pemandangannya *makelum gak pernah piknik :)

    ReplyDelete
  2. @Widha Eh, namanya sama. Wkwkwk... Aslinya lbh bagus kak, hapenya uzur :D

    ReplyDelete
  3. ngga sengaja, nemu blognya kak widha. dan ternyata sama2 semarang.
    luar biasa kak wanita solo travelling ke bagan, ke myanmar khusus ke bagan atau ada objek wisata lain yg disinggahi kak?
    pengen banget ke situ, salah satu cita2 saya kepengen ke bagan dan siem reap belum keturuti.
    great story, thumbs up!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai kak. Thanks udah mampir. Untuk Bagan itu ada new bagan dan old bagan, isinya pagoda semuaa. Hahaha. Kecuali kalo mau ke Inle dan Mandalay banyak yg bs di explore. Next sih bakal ke Siem reap dan Myanmar lagi setelah pandemi berakhir

      Delete

Dear Widha . . . . 2019 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template