Sunday, August 18, 2013

       “Bermimpilah . . . karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu”
            Sepertinya kutipan itu tepat sekali untuk menggambarkan saya. Selama ini jalan-jalan terjauh yang pernah saya lakukan itu hanya ke Pulau Bali. Tapi kali ini saya beruntung bisa tinggal di Pulau Flores selama 1 tahun, tepatnya di Kabupaten Ngada. Tentunya tidak dengan mudah yaa . . . . Saya disini untuk tugas mengajar di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal dari wilayah Indonesia. Tak tanggung-tanggung, ini langsung dari Dikti dan semua dibiayai gratis. Hehehe . . . . Sudah, saya tidak akan berpanjang kali lebar untuk bercerita tentang pekerjaan saya di sini. 
            Welcome to Flores, tepatnya di Bajawa, ibu kota kabupaten Ngada. Sejak lama saya ingin sekali jalan-jalan menikmati pemandangan Indonesia bagian timur yang konon begitu memukau mata orang yang melihatnya. Sedikit bercerita ketika pertama kali datang kesini begitu hangatnya orang-orang sini. Mereka selalu menyapa siapapun ketika bertemu, entah kenal atau tidak. Itu pelajaran pertama yang saya dapat, tidak seperti di kota yang hal-hal kecil seperti itu sudah mulai hilang. 

Kota Bajawa

            Sepertinya saya tak perlu waktu lama untuk beradaptasi di daerah ini. Menyatu dengan masyarakat dalam waktu kurang dari 1 bulan rasanya begitu singkat. Yahhh . . . . katanya kalau bisa berbaur dengan masyarakat di sini siap-siap saja kita kebanjiran tawaran. Hahaha . . . . tawaran di sini bisa tawaran menghadiri pesta, ikut upacara adat atau pun jalan-jalan ke tempat wisata di Flores. Menghadiri pesta itu sudah berkali-kali saya hadiri. Nah, tawaran yang terakhir saya sebutkan itulah yang paling ditunggu-tunggu.
            Orang sini menyebut jalan-jalan dengan kata “pesiar”. Kali pertama jalan-jalan saya itu ke Pemandian Air Panas Mengeruda, Kab. Soa. Untuk menuju ke sini hanya sekitar 25 menit dari tempat tinggal saya di Kurubhoko, Kab. Wolomeze. Tiket masuk ke Pemandian Air Panas ini hanya 4rb, dan parkir 2rb. Wisata yang murah meriah untuk semua kalangan. 
Narsis di Pemandian Air Panas Mengeruda

Jalan-jalan kedua tepat satu bulan di sini adalah ke Taman Laut Nasional 17 Pulau, Riung,  Kab. Ngada. Sehari sebelum ke lokasi, saya dan beberapa teman di sini pergi menghadiri pesta selama 2 malam berturut-turut. Malam ke-1 pesta pernikahan di Mbay, Kab. Nagekeo. Lalu malam ke-2 pesta khitan di Riung, Kab. Ngada. Tuh kan . . . . apa saya bilang, pasti akan diajak ke pesta. Dan ciri khas pesta disini adalah yang hadir harus ber”Jai”, tepatnya tarian adat Flores. Saya pun ikut serta menari bersama tamu-tamu lain. Selain itu, saya juga dia ajak ber”Gawi”, salah satu tarian adat di sini juga. Dijamin bikin ketagihan deh kalau sudah pernah ikut menari, apalagi ketika sedang menari Gawi bisa dapat selendang. Itu tandanya orang yg memberi selendang itu menyukai kita. Ciri yang kedua adalah ber”Moke”, Moke itu adalah arak enau, tapi jangan terlalu banyak ya nanti mabuk. Saya coba sedikit saja sudah pening. Hehehe . . . . itung-itung biar tidak penasaran.
            Dari Mbay menuju Riung, sekitar satu jam perjalanan menggunakan motor. Sepanjang perjalanan mata terpana dengan keindahan alamnya. Belum sampai Taman Laut Nasional 17 Pulau saja sudah bagus, apalagi sampai sana ya. Di jalan saya sempatkan berfoto di Tanjung 15, dari situ kita bisa melihat hamparan Taman Laut Nasional 17 Pulau dari kejauhan. 

                Sampai di Riung siang hari. Singgah dan santai dulu di salah satu rumah teman sebelum berburu sunset. Ketika sampai di dermaga mata disuguhkan pamandangan yang luar biasa indahnya. Hamparan laut dan pulau di depan mata yang begitu memukau orang yang baru datang ke sini. Dalam hati saya ‘suatu saat saya akan datang ke sini lagi, pasti!’. Sayangnya, sore itu agak mendung jadi sunsetnya kurang maksimal. Tapi cukup indah pemandangannya dan ingin berlama-lama di sini. Paginya niat sekali berburu sunrise, tapi malang sedang merundung. Semua asyik tidur karena pesta semalam sampai dini hari. Akhirnya, jam 7 pagi berangkatlah saya dan teman-teman ke dermaga untuk menyeberang ke gugusan pulau. Tuhan memang selalu bersama traveller, saya dan teman-teman dapat gratisan kapal, kita hanya bayar 125rb untuk beli bahan bakar saja agar bisa berkeliling pulau. Jangan lupa bawa bekal makanan yah buat kesana, cuaca panas pasti bikin lapar dan sampah dibawa lagi lho biar tidak mengotori pulau. 



Dermaga Riung

Capcuzzz.......pulau pertama yang akan dituju adalah pulau kelelawar. Di sana ada banyak sekali kelelawar yang hinggap di pohon. Saking banyaknya, begitu sampai di sana sekawanan kelelawar itu terbang seperti menyambut kedatangan kita. Eitsss selain itu, di pulau itu juga ada binatang komodo, sayangnya kita tidak melihat binatang itu di sana, mungkin sedang hibernasi. Hahahaha...... Ya sudah cuma lewat saja, toh banyak hamparan pulau yang bisa dinikmati. Tapi saya hanya singgah di dua pulau saja. Ceprat cepret fotoin pulau yang ada gag berhenti-berhenti karena saking indahnya dan tidak lupa ber’narsis’ ria. 
Pulau Kelelawar

Pulau Kelelawar

Sambil sibuk memotret kapal pun menuju pulau yang kedua yaitu pulau Roteng, salah satu pulau di sini. Di pulau ini kita bisa diving dan snorkling, alatnya bisa disewa di dermaga sekitar 75rb. Sampailah saya di pulau Roteng, hamparan pasir yang putih dan air yang begitu jernih bikin betah. Sepi sekali di pulau ini, ketika itu hanya ada 2 kapal saja yang berkunjung ke sini, kurang dari 15 orang. Hmmmm......berasa berada di pulau pribadi. Diving dan santai di pantai berpasir putih ini sambil membayangkan ‘santai bersama pasangan di cottage tengah pantai dan lantai cottage itu dari kaca biar bisa liat indahnya underwater dan menikmati ikan bakar’. Hahaha.....lupakan saja bayangan itu, di sini tidak ada cottage. Ada bukit di tengah pulau ini, saya pun naik ke atas bukit dan luar biasa panasnya. Saran kalau mau ke sini jangan lupa pakai sunblock dan bawa sandal jepit biar tidak kepanasan waktu naik bukit. 
 Pulau Roteng
 Narsis dulu....






Sesampainya di atas bukit saya hanya geleng-geleng kepala saja, ‘Tuhan, begitu indah ciptaanMu di dunia ini’. Hamparan pulau yang jumlahnya lebih dari 17 ini terlihat semua dari atas bukit. Semuanya indah, bahkan pasir putih dan terumbu karangnya terlihat dari atas bukit. Arghhh.....rasanya ingin berlama-lama di sini dan tak ingin pulang. Waktu memang baru menunjukkan pukul 11 tapi panasnya tak terkalahkan dan bisa buat kulit jadi gosong. Akhirnya kita pun pulang, karena perjalanan pulang ke tempat tinggal sementara saya kurang lebih 2 jam perjalanan.


         

2 komentar:

Dear Widha . . . . 2019 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template