Saturday, February 13, 2016



Roda besi ini melaju kian cepat, melewati pepohonan nan hijau dan asri pedesaan. Saya sendiri duduk termenung mengamati lukisan Tuhan tersebut dengan jelinya melalui kaca jendela. Hingga waktu berjalan dengan teratur. Kemudian saya berada di pemberhentian terakhir, kota Surabaya. Kota inilah yang selalu setia menjadi tempat pelarian saya tatkala jenuh.

Jika negara tetangga memiliki Malaka sebagai “The World Heritage City” yang populer dengan bangunan merahnya sebagai ikon kota Malaka maka Surabaya pun tak kalah menariknya. Kota – kota di dekat pelabuhan memang sarat dengan berbagai sejarah perdagangan dunia. Pelabuhan Tanjung Perak di Kota Pahlawan menyuguhkan banyak peninggalan bangunan kuno. Bangunan yang salah satunya menjadi ikon pelabuhan di kota Surabaya yaitu House of Sampoerna yang memang digadang-gadang sebagai museum yang bisa menarik wisatawan. 
 
Pintu masuk utama Museum House of Sampoerna
Pelataran dan bagian dari Museum House of Sampoerna
Pelataran museum yang cukup worth it untuk berfoto
Museum House of Sampoerna ini merupakan rumah bagi perjalanan brand rokok Sampoerna. Letaknya yang dekat dengan pelabuhan dan berdampingan dengan deretan bangunan kuno lainnya, saya menyebutnya kota tua versi Surabaya. Dulu, tempat ini adalah pabrik rokok Sampoerna. Bangunannya merupakan peninggalan kolonial Belanda. Begitu memasuki halamannya, saya terperanjat kagum melihat bangunan nan megah. Ada pula bis “hop on hop off” seperti di Eropa untuk berkeliling area sekitar dengan jadwal yang telah ditentukan dan free
Bus yang digunakan untuk berkeliling Surabaya dengan rute yang telah ditentukan



Di antara dua pintu besar bangunannya, saya pun memasuki ruang pertama. Ada beberapa lukisan peninggalan pabrik Sampoerna ketika masih berjaya disitu. Selain itu, ada beberapa peralatan “pawon” atau dapur yang terbuat dari tanah. 

Replika "pawon" atau tungku
Lukisan di ruangan pertama
Setelah pintu masuk utama akan tampak seperti ini
Kemudian, memasuki ruang tengah ada sejumlah alat marching band yang dulu pernah digunakan ketika bintang Amerika datang ke Indonesia. Peta Indonesia pun terpampang jelas, lengkap dengan maketnya. Tetapi, ada satu hal yang menarik di ruangan ini, ingatkah warung rokok terbuat dari kayu yang pada jaman dahulu pernah ada dan seringnya di pinggiran jalan? Di sini ada replica warung gerobak yang berisi macam-macam rokok Sampoerna dari jaman ke jaman. Tak hanya itu, ada pula motor jaman dahulu yang terpajang cantik dengan kesan retro. 
Motor retro di ruangan kedua
Warung gerobak jaman dahulu
Peta dan maket Indonesia
Peralatan marching band jaman dahulu
Usai membidik lensa kamera kesana kemari, saya pun naik ke lantai dua. Lantai dua merupakan ruangan yang digunakan untuk menjual pernak-pernik. Karena tidak tertarik untuk membeli jadi saya turun kembali dan keluar dari museum. Rupanya, bangunan dengan arsitektur Belanda ini menarik perhatian saya untuk sekedar mengabadikan bahwa saya pernah mengunjunginya. Tempatnya cukup worth it untuk yang suka berfoto-foto. Dan, jalan-jalan singkat ini pun berakhir dengan hunting foto di Kota Surabaya bersama teman-teman. Next time, semoga Tuhan mempertemukan saya dengan museum ini lagi. I hope . . .

Dear Widha . . . . 2019 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template