Tuesday, October 13, 2015



             Berbicara tentang Jogjakarta tak melulu soal pariwisata, budaya, maupun gudeg saja. Namun, cemilan Bakpia pun tak kalah menariknya untuk dibahas. Ungkapan “witing tresno jalaran soko kuliner” yang artinya “cinta tumbuh karena kuliner” sepertinya tepat sekali untuk menggambarkan kuliner yang satu ini. Mengapa begitu? Wisatawan lokal maupun mancanegara pasti rindu ingin kembali ke Jogja, tak hanya untuk menikmati suasana Jogja yang begitu nyaman tetapi juga untuk mencicipi kembali lezatnya Bakpia. Karena cita rasa Bakpia yang enak inilah maka banyak wisatawan yang memborong untuk di bawa pulang sebagai oleh-oleh.
            Bakpia rupanya memiliki sejarah panjang yang menarik. Bertahun-tahun tinggal di Kota Pelajar, saya pun tergelitik untuk mencari tahu tentang awal keberadaan Bakpia ini. Bakpia sebenarnya berasal dari negeri China dengan namanya Tou Luk Pia yang artinya kue pia kacang hijau. Bakpia pun tak bisa dipisahkan dari Kampung Pathuk, karena tempat inilah dahulu Bakpia bermula. Masih segar dalam ingatan saya tentang cerita seorang teman di Jogja bahwa Bakpia ternyata awalnya dibuat secara home industry di Kampung Pathuk sejak tahun 1948. Kampung Pathuk tersebut berada di sebelah barat Malioboro. Jika di perhatikan dari bungkus Bakpia yang biasa kita beli itu terdapat nomor-nomor yang berbeda pada kemasannya. Nomor tersebut menunjukkan nomor rumah pembuat Bakpia. Unik ya? 

Bakpia Kacang Hijau (Sumber: sidomi.com)

Cara Pembuatan Bakpia
            Di balik sejarah dan cita rasanya yang enak, pembuatan Bakpia ternyata tidak begitu sulit. Untuk pembuatan kulit Bakpia, gula dan garam dicampur lalu masukkan di dalam air diaduk hingga larut. Setelah itu masukkan tepung terigu sedikit demi sedikit lalu diaduk hingga menjadi adonan , dalam proses pencampuran semua bahan ini paling lama diperlukan waktu setengah jam sampai kalis atau sudah halus semua adonan tercampur.
            Isi dari Bakpia terbuat dari kacang hijau yang dipecah dan direndam selama 3 hari selanjutnya dicuci serta dikukus selama satu jam. Kemudian, dihaluskan dan dimasak dengan minyak, garam, dan gula pasir. Langkah terakhir yaitu membentuk adonan kulit yang diisi dengan kacang hijau dengan bentuk bulat pipih dan di panggang kurang lebih 15-20 menit.
            Mudah sekali ya cara membuatnya? Kita bisa mencoba membuatnya di rumah apabila hasrat mengunjungi Jogja untuk sekedar mencicipi Bakpia masih belum tercapai. Sekarang ini Bakpia sudah memiliki varian rasa, tak hanya kacang hijau saja. Namun, ada varian rasa durian, ketela ungu, dan sebagainya. 

Pembuatan Bakpia (Sumber: travel.kompas.com)

Kandungan Gizi Bakpia
            Seperti yang kita ketahui bahwa kacang hijau sebagai isian dari Bakpia memiliki banyak kandungan gizi, mulai dari vitamin, protein, mineral, dan kaya serat. Bahkan, menurut penelitian Bakpia mengandung energi sebesar 272 kilokalori, protein 3,7 gram, karbohidrat 44,1 gram, lemak 6,7 gram, kalsium 194 miligram, fosfor 117 miligram, dan zat besi 4,5 miligram.  Selain itu di dalam Bakpia juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,31 miligram dan vitamin C 0 miligram.  Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Bakpia, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %. Wah, ternyata banyak kandungan gizi yang terdapat pada Bakpia ya?
            Untuk menikmati Bakpia tak perlu merogoh kocek banyak. Dengan harga antara 15.000 – 20.000 pun sudah dapat membeli Bakpia yang begitu enak, gurih, dan empuk. Selain harganya yang murah, Bakpia juga aman untuk dikonsumsi karena memiliki nilai gizi yang tinggi. Sudah tergiur dengan nikmatnya Bakpia yang melengenda di Kota Jogja ini atau belum? Jika sudah mari kita berkunjung ke Jogja untuk merasakan kembali Bakpia yang hangat dari oven.

Referensi :
-      http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-kue-bakpia-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html
-      https://lewiagnes.wordpress.com/proses-pembuatan-bakpia/

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Jelajah Gizi 3: “Makanan Daerah yang Mendunia” 

Dear Widha . . . . 2019 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template